BOOK review
2 by Donny Dirghantoro
Judul Buku: 2
Penulis: Donny Dhirgantoro
Penerbit: Grasindo
Tebal: 418 Halaman
Tahun Terbit: 2011
Harga: 60,000 (http://www.inibuku.com)
Rating: 5/5
"Kembali di atas hidup yang tidak sempurna, manusia memilih untuk tidak menyerah."
"Saya harus percaya cita-cita saya, harapan saya, impian saya, kalau tidak untuk apa saya hidup? Kalau tidak, untuk apa saya pergi nantinya kalau waktu saya tiba?"
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dimulai dari kelahiran bayi perempuan yang bernama Gusni Annisa Puspita yang lahir dengan berat yang luar biasa 6,25 kilogram dan panjang 59 centimeter. Gusni lahir dalam keluarga bahagia. Semua orang takjub melihat ukuran bayi Gusni yang amat besar itu, tapi tidak bagi sang Kakek, ia mengetahui sebuah kenyataan pahit yang harus dihadapi Gusni dan tidak bisa dihindari oleh Gusni.
Kehidupan Gusni yang bertubuh besar itu berlanjut hingga ia duduk dibangku sekolah dasar. Ia memiliki sahabat yang bernama Nuni dan Ani, mereka sama-sama bertubuh besar seperti Gusni. Waktu yang paling ia sukai adalah waktu istirahat, karena ia dapat membeli jajanan kesukaannya terutama Onde-Onde. Karena kesukaannya pada Onde-Onde ia kenal dengan Harry, seorang laki-laki yang bertubuh sama dengan Gusni. Mereka pun menjalin persahabatan yang bermula dengan Onde-Onde. Mereka membuat panggilan khusus yaitu Gusni-Gusni dan Harry-Harry.
Persahabatan mereka berlanjut dengan obrolan-obrolan mereka di kolam ikan tentang cita-cita mereka, Harry ingin mempunyai restoran Bakmi seperti kedua orang tuanya, Gusni ingin menjadi pemain bulu tangkis demi membahagiakan kedua orang tuanya. Tetapi masa kelam itu datang pada tahun 1998, kerusuhan yang menghancurkan kehidupan banyak orang. Keluarga Harry adalah salah satu korbannya. Restoran Bakmi sekaligus rumah mereka terbakar habis. Sejak itu, Gusni kehilangan Harry, Harry dan keluarganya pergi setelah kejadian itu. Gusni mengetahui sesuatu; Harry telah kehilangan senyum lebarnya.
Sejak kenangan pahit itu, Gusni berubah. Ia selalu murung dan tak seceria biasanya. Oleh karena itu, Ayah Gusni membiarkan Gusni untuk mengikuti pelatihan bulu tangkis; hal yang sudah Gusni inginkan sejak dulu. Namun, Ia belum mendapatkan persetujuan dari orang tuanya. Saat itu, di mulailah perjuangan Gusni untuk menjadi atlet bulu tangkis. Akan tetapi, hal buruk kembali terjadi. Saat ketiga Gusni harus mengetahui takdir hidupnya yang mebuat hidupnya tidak sempurna sekaligus tidak bisa dihindari lagi.
Baca selengkapnya di 2.